Oleh: Fatimah Kusuma
“Happy Birthday to you, happy birthday to
you. Happy birthday,
happy birthday,
happy birthday to you..........”
***
Sekolah. Betapa bangganya aku
menjadi bagian dari sekolahku. Aku Putri, seorang siswi di salah satu sekolah di PKP Jakarta Islamic School. Sekolah
swasta ternama, terbaik, dan terhebat yang kukenal. Selalu ku pamerkan
kebanggaanku bersekolah di sekolah tercinta ini, sekolah dengan luas 18 ha,
memiliki danau yang indah dengan air mancur di tengahnya,
lapangan sepak bola yang luas, lapangan teater yang besar, wall climbing yang tinggi, kantin yang bersih dan semuanya yang
baik.
“Search aja di google. Pondok Karya Pembangunan Jakarta Islamic School.
Nanti ketemu, deh,” kataku
suatu kali kepada temanku di Sumenep yang bertanya tentang sekolahku.
“Iya dong. Di sekolahku
kan ada artisnya. Tahu Vebby Palwinta enggak?
Yang kemarin di Mamamia?
Yang main sinetron Arti Sahabat dan membintangi beberapa iklan. Ia sekolah di sekolahku,” ucapku
bangga saat aku pulang ke Sumenep dan berbagi cerita kepada teman-temanku.
“Wah, keren ya. Terus di sekolahmu ada apa lagi, Put?” tanyanya lagi.
“Sekolahku punya banyak ekskul, sekolahku
luas, punya danau, besar. Gabung antara TK, MTs, SMA, SMK 1, SMK 2 dan STIKes. Jadi, kita semua sudah seperti
saudara. Saling mengenal satu dan yang lainnya. Bertukar pikiran antar unit. Keren.” Maklum saja, di Sumenep
Madura sana, tak ada yayasan yang menggabungkan beberapa unit dari TK sampai
SMA.
“Gimana
sekolah di sana, Sayang?”
tanya ayah. Aku berada sangat jauh dengan ayah. Ayah tetap tinggal di Sumenep,
sementara aku bersama kakak ayah di Jakarta.
“Senang, Yah. Aku bebas
mengekspresikan kemampuanku di sini.
Guru-guru dan teman-teman bahkan lingkungan sekolah sangat mendukung.” Aku
bersemangat menceritakan kepada Ayah.
***
“Denger-denger
Pak Presiden
diundang ya nanti tablig akbar HUT PKP?” temanku bertanya tentang presiden RI yang akan hadir di acara tabligh akbar
nanti.
“Ah masa? Memangnya yakin akan
datang? Kupikir tidak. Bukankah saat ini beliau sedang sibuk?” temanku yang
satu menanggapi tak mau kalah.
“Kalau
ke sini kan juga bisa jadi ajang silaturahmi. Aku seneng pak presiden kesini,”
kataku yang memang mengagumi sosok presiden.
“Yaaa,
kamu berbeda, Put. Kamu memang suka. Bagaimana
kalau nanti pak presiden tidak
dapat memenuhi undangan?” tanya temanku.
“Aku
punya cara,”
jawabku mantap.
***
Jakarta,
29 Maret 2014-03-28
Di
ruang kelas sekolah tercinta
Assalamualaikum Wr.Wb.
Mohon maaf sebelumnya jika saya
sangat lancang mengirim surat pribadi kepada bapak yang terhormat. Saya hanya
ingin mempraktikkan kemampuan menulis surat pribadi yang pernah guru bahasa
Indonesia saya ajarkan pada semester pertama, tetapi saya juga ingin melalui
surat ini menyampaikan keinginan saya kepada Bapak.
Bapak Presiden yang terhormat.
Bagaimana keadaan Bapak? Semoga Bapak dan keluarga
selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT.
Betapa senangnya saya ketika
mengetahui bahwa Bapak
dalam keadaan sehat walafiat. Saya berharap, Bapak dapat menjadi presiden yang
baik untuk pemimpin-pemimpin daerah serta kami semua warga Indonesia. Doa untuk
kesuksesan Bapak
menjadi seorang pemimpin selalu saya panjatkan kepada Allah agar senantiasa
mendapat ridho Allah atas apa-apa yang Bapak lakukan.
Bapak Presiden yang terhormat.
Tiga
puluh April nanti,
yayasan sekolah saya berulang tahun
ke-38. Usia yang sangat mapan. Usia
dewasa untuk sebagian orang. Saya dengar, Bapak mendapat undangan untuk
menghadiri acara tabligh akbar di Yayasan Pondok Karya Pembangunan,
sebuah yayasan yang berada dalam naungan pemerintah. Saya mendapat tugas, jika
nanti Bapak
hadir, saya harus mewawancarai Bapak.
Saya sangat ingin sekali bertatap muka dan berbicara langsung dengan Bapak melalui tugas saya ini. Saya
berharap, Bapak
bisa menghadiri undangan dari yayasan nanti.
Demikian surat dari saya, Bapak Presiden terhormat. Semoga sukses selalu
menjadi milik Bapak dan seluruh warga serta negara Indonesia. Amiin ya Rabbal
Alamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
***
“Put,
Pak Presiden datang. Sedang ada di masjid Baitushshidqi.” Informasi dari salah satu
temanku, Gita. Aku bergegas menuju masjid untuk mewawancarai orang nomor satu
di negeri ini.
“Assalamualaikum,
Pak Presiden.”
“Waalaikumsalam.
Wah ini pasti Putri yang saat itu mengirimi saya surat? Sudah saya baca. Pasti mau
wawancara untuk tugas, ya?” sangat ramah. Aku begitu kagum pada beliau, dan
kini aku berdiri di hadapannya.
Aku
pun memulai wawancara, dibantu salah satu teman sebagai fotografer. Aku mencatat
semua apa jawaban dari Bapak
Presiden atas pertanyaanku pada beliau. Aku
mengakhirinya dengan meminta biodata lengkap kepada beliau serta foto bersama
yang tak mungkin bisa kulupakan.
“Bagaimana,
sudah selesai tugasnya?” tanyanya kepadaku.
“Alhamdulillah,
terimakasih Bapak
sudah mau hadir,”
ucapku.
“Ya,
sama-sama. Selamat ulang tahun
ya untuk sekolahmu, yayasan PKP Jakarta Islamic School. Sukses terus seperti
surat yang kamu tuliskan. Sekali lagi selamat ulang tahun,” katanya
berdoa untuk sekolahku.
Tugas
ini selesai, acara ini selesai. PKP-ku telah bertambah umurnya menjadi semakin dewasa.
Doaku, semoga selalu mencetak prestasi dan diberi kemudahan untuk para siswa
dan siswinya menggapai cita-cita. Amiin.
Selamat ulang tahun PKP Jakarta Islamic School. Semoga sukses selalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar